1.
Faktor
yang mempengaruhi inflasi di Indonesia yaitu:
1.
Demand-Pull
Inflation
Inflasi
ini bermula dari adanya kenaikan permintaan total (agregate demand), sedangkan
produksi telah berada pada keadaan kesempatan kerja penuh atau hampir mendekati
kesempatan kerja penuh. Apabila kesempatan kerja penuh (full-employment) telah
tercapai, penambahan permintaan selanjutnya hanyalah akan menaikkan harga saja
(sering disebut dengan inflasi murni).
2.
Cost-Push
Inflation
Cost
push inflation ditandai dengan kenaikan harga serta turunnya produksi. Jadi
inflasi yang dibarengi dengan resesi. Keadaan ini timbul dimulai dengan adanya
penurunan dalam penawaran total (agregate supply) sebagai akibat kenaikan biaya
produksi. Kenaikan produksi akan menaikkan harga dan turunnya produksi.
2.
Dampak
inflasi yang tinggi terhadap masyarakat
Dalam
masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali
(hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan
lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan
investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima
pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh
juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi
semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
Bagi
masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan. Kita ambil
contoh seorang pensiunan pegawai negeri tahun 1990. Pada tahun 1990, uang
pensiunnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun di tahun 2003 -atau
tiga belas tahun kemudian, daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah.
Artinya, uang pensiunnya tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Sebaliknya, orang yang mengandalkan pendapatan berdasarkan keuntungan, seperti
misalnya pengusaha, tidak dirugikan dengan adanya inflasi. Begitu juga halnya
dengan pegawai yang bekerja di perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat
inflasi.
3.
Dampak
inflasi terhadap perusahaan
Dari
sudut aktiva perusahaan, inflasi cenderung meningkatkan nilai pasar aktiva.
Nilai penggantian (replacement cost) aktiva akan meningkat, juga nilai jual
aktiva tetap yang telah habis masa penyusutannya.
Dari sudut laba,
kenaikan inflasi dapat meningkatkan laba akuntansi. Hai ini terutama terjadi
pada perusahaan perusahaan yang memiliki fleksibelitas harga seperti perusahaan
yang menghasilkan kebutuhan hidup sehari-hari. Sering kita lihat laporan
keuangan perusahaan menunjukkan kenaikkan inflasi diikuti dengan naiknya laba
suatu perusahaan.
Inflasi
juga berdampak negatif bagi perusahaan. Kenaikan harga akan merembet juga pada
harga barang-barang yang menjadi bahan baku (input) produksi. Kenaikan
harga-harga secara umum juga akan mendorong adanya tuntutan kenaikan upah
karyawan pabrik. Kenaikan harga barang produksi dan kenaikan upah akan
mendorong kenaikan biaya produksi. Hal ini akan mendorong kenaikan harga
barang-barang yang dihasilkan.
4.
Dampak
inflasi terhadap karyawan perusahaan
Para
penerima pendapatan tetap seperti karyawan swasta serta kaum buruh juga akan
kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi
semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
5.
Tepatkah
pemerintah menaikkan BBM
Demi
mengurangi beban subsidi yang kian membesar, pemerintah bersikap dengan
menaikkan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) ini
sangat tepat. Kenaikan tersebut di tentang oleh sebagian masyarakat
walaupun tidak sedikit juga yang setuju agar BBM dinaikkan. Ada begitu banyak
alasan kenapa BBM harus naik saat ini. Salah satunya adalah ketidakpastian
geopolitik yang sedang terjadi di Iran. Terlepas dari berbagai
kemungkinan yang ada, cobalah kita telaah dampak kenaikan BBM bersubsidi
nantinya terhadap sektor pendidikan. Pemerintah telah menyepakati beberapa
paket kompensasi paska kenaikan sebesar Rp 25,6 triliun. Perinciannya, bantuan
langsung sementara masyarakat (BLSM) Rp 17,08 triliun, bantuan pembangunan
infrastruktur pedesaan Rp 7,88 triliun, dan tambahan anggaran program Keluarga
Harapan Rp 591,5 miliar. Dengan penundaan kenaikan BBM bersubsidi, program
kompensasi sejumlah Rp 25,6 triliun belum bisa dicairkan dan akan
direalokasikan pemerintah untuk menyubsidi BBM. Lantas bagaimana nasib
perbaikan pendidikan di Indonesia yang masih terkatung-katung? Apakah harus
menunggu naiknya BBM bersubsidi baru kemudian mendapat tambahan “cipratan”
anggaran? Jutaan anak-anak masih menggantungkan nasibnya pada negara alias
tidak memiliki jaminan cukup biaya menempuh pendidikan. Ibaratnya, sudah
terbebani dengan biaya hidup, masa depan juga harus digadaikan. Padahal, di
pundak merekalah harapan bangsa ini tumbuh nantinya.
Rencana
invasi AS dan Israel ke Iran yang urung dilaksanakan setidaknya memberikan
angin segar bagi kestabilan harga komoditas khususnya minyak. Namun, sayangnya
invasi itu justru diganti dengan melakukan isolasi terhadap Iran, yaitu dengan
tidak membeli minyak yang diproduksi oleh Iran. Keputusan tersebut membuat
harga minyak dunia merangkak naik dan relatif stabil dikisaran $110/barel.
Minyak
telah naik sekitar 7% sejak awal tahun 2012 ini, kenaikan tersebut mendorong
pemerintah untuk lebih realistis agar defisit akibat beban subsidi di
minimalisir. Bila BBM tidak dinaikkan maka menurut hitungan pemerintah, defisit
APBN akan naik menjadi sebesar 3.6% dari PDB (produk domestik bruto). Jelas hal
tersebut bertentangan dengan konstitusi.
Kalau
dilihat dari sisi penghematan sebenarnya pemerintah tidak melakukan penghematan
apapun. Pemerintah menaikkan BBM di saat harga minyak dunia telah naik tajam.
Kebijakan pemerintah bersifat reaktif. Dan bila dikaji lebih dalam kenaikan BBM
tersebut hanya merupakan bentuk penyelamatan saja, dan bukan tengah melakukan
penghematan anggaran. Dan saya menilai kenaikan harga BBM tersebut tepat dilakukan
saat ini.
Bila
dikaitkan dengan kenaikan harga sebesar Rp. 1.500,-, maka kenaikan tersebut
relatif sangat kecil. Negara yang melakukan subsidi minyak di dunia ini
hanyalah negara yang memproduksi minyaknya secara mandiri. Indonesia bukanlah
negara yang mampu menghasilkan minyak untuk memenuhi kebutuhan nasional secara
mandiri, karena sebagian harus diimpor.
Besaran
kenaikan tersebut tidak membuat harga BBM kita setara harganya dengan harga BBM
di kawasan ASEAN. Harga BBM kita nantinya setelah kenaikan harga masih lebih
murah (bandingkan dengan Singapura dimana harga BBMnya dikisaran Rp.
15.000/liter), sehingga rawan akan penyeludupan. Namun, besaran kenaikan
tersebut sangat bergantung dari asumsi penguasa (pemerintah) di masa sekarang.
Tentunya banyak faktor yang mempengaruhi, bisa bersifat politis atau memang
benar-benar mempertimbangkan daya beli masyarakat.
Dari
masa ke masa, dari satu presiden ke presiden lainnya, hanya Presiden B.J.
Habibie yang tidak menaikkan harga BBM. Entah karena masa jabatannya terlalu
pendek atau harga minyak dunia yang relatif stabil (murah). Namun, satu hal
yang pasti, pemerintah kita tidak akan mampu menghindar dari ancaman kenaikan
harga minyak dunia ditengah ketidakmampuan kita mencari jalan keluar maupun
mencari sumber enerji alternatif.
Bayangkan, di saat
Eropa dan Amerika tengah dilanda krisis serta ekonomi di negara berkembang yang
tidak mampu melanjutkan tren pertumbuhan yang signifikan, harga minyak dunia
terus mengalami kenaikan. Meskipun diperburuk dengan gejolak politik di timur
tengah. Namun, pikirkanlah apa yang akan terjadi bila nantinya ekonomi di
belahan negara Eropa dan Amerika kembali pulih. Satu hal yang pasti, membaiknya
perekonomian suatu negara selalu diiringi dengan peningkatan permintaan akan
minyak.
Harga
minyak akan terus membentuk tren naik seiring dengan bertambahnya jumlah
penduduk di Bumi dan kebutuhan akan minyak yang harus dipenuhi. Sehingga bila
ada janji-janji pemerintah maupun partai politik bahwa mereka tidak akan
menaikkan harga minyak. Percayalah hanya faktor keberuntungan yang akan
mengabulkan janji mereka tersebut.
Yang
kita harapkan adalah kenaikan harga BBM di saat ini semestinya memberikan
kualitas hidup yang lebih baik. Walaupun sebenarnya kenaikan BBM saat ini lebih
merupakan penghematan anggaran agar beban subsidi tidak membengkak, bukan
merupakan sebuah gebrakan untuk mengurai kemiskinan diantara kita.
6.
Bagaimana
Rakyat bisa sejahtera kaitanya dengan harga beli BBM di Indonesia
Menurut
saya rakyat bias dikatakan sejahter jika rakyat dikalangan manapun baik bawah,
sedang, atas dapat membeli harga Bahan Bakar Mesin di saat apapun terutama pada
saat harga Minyak mentah naik yang berdampak juga terhadap kenaikan harga juala
BBM. Pemerintah seharusnya menerapkan sistem bagi masyarakat dimana kenaikan
jumlah kendaraan juga berbanding lurus dengan penghasilan warga. Dengan hal itu
pemerintah tidak akan terbebani dengan banyaknya masyarakat yang tidak mampu
membeli BBM saat harga tinggi dan bahkan sampai memakai dan APBN yang bias
dipakai hal lain yang lebih penting.
7.
Peninjauan
etika bisnis artikel
Dana Moneter
Internasional (IMF) menilai tantangan fiskal Indonesia pada tahun ini akan
semakin berat. Nilai tukar rupiah diprediksi bakal tergerus akibat lonjakan
inflasi.
Kepala perwakilan IMF
untuk Indonesia Ben Bingham menyatakan inflasi akan mencapai 6 persen tahun
ini. Faktor pendorongnya adalah kenaikan tarif listrik dan upah buruh.
"Dibanding tahun
lalu, di mana inflasi mencapai 4,3 persen, kami percaya tahun ini harga
makanan, tarif dasar listrik, dan upah minimum menyumbang kenaikan inflasi
mencapai 6 persen," ujar Ben di Hotel Interkontinental, Jakarta, Selasa
(19/3).
Peningkatan inflasi,
dipercaya melemahkan sentimen terhadap rupiah. Karena itu, IMF menyarankan
pemerintah segera meredam potensi negatif dari pelemahan rupiah melalui skema
kenaikan bahan bakar subsidi.
Subsidi BBM yang
dipercaya bakal menembus Rp 300 triliun tahun ini, kata dia, bisa mengurangi
besaran inflasi. "Pemerintah perlu mengambil langkah alternatif, meliputi
kebijakan penyesuaian harga bahan bakar bersubsidi," ungkapnya.
Terlepas dari prediksi
inflasi yang relatif suram, IMF optimis pertumbuhan produk domestik bruto (PDB)
akan sedikit membaik, menjadi 6,3 persen di akhir tahun nanti. Tahun lalu,
pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 6,2 persen.
Untuk
menjamin pertumbuhan itu berada di jalur positif, Ben menyarankan pemerintah
mengambil langkah dan meningkatkan komitmennya dalam perdagangan bebas dan
mempermudah akses bagi investor asing.
"Perlu ada
penjaminan baru dari pemerintah untuk meneruskan komitmen terhadap perdagangan
bebas dan memperbanyak investasi ke negara ini," ungkapnya.
Menurut
saya upaya dari badan Dana Moneter Internasional sangatlah baik karena
mempertimbangkan kelangsungan perekonomian rakyat Indonesia dan dapat menjamin
terselenggarakan pemerintahan Indonesia. IMF berpendapat bahwa sudah saatnya
pemerintah mengahapus subsidi BBM itu merupakan langkah positif san tidak
menyalahi etika bisnis karena prinsip bisnis yang baik adalah bisnis yang
beretika, yakni tidak menyalahi Aturan bisnis dengan kinerja unggul dan
berkesinambungan yang dijalankan dengan mentaati kaidah-kaidah etika sejalan
dengan hukum dan sessuai peraturan yang berlaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar